A. Pengertian
Bahasa
Bahasa
merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosioanal
dan sosial. Dengan perkembangan bahasa, anak akan lebih mengerti orang lain dan
lebih mudah dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan
tingkah laku dan sikap sosialnya. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses
pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya.
Menyimak
dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk
menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungannya dalam hal bahwa
keduanya merupakan cara untuk mengekpresikan makna.
B. Perkebangan
Bahasa
Perkembangan kemampuan atau keterampilan
bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir seseorang.
Komunikasi berarti pertukaran ikiran dan perasaan. Agar dapat berkomunikasi
dengan baik, maka anak harus menggunakan bahasa yang bermakna bagi orang yang
diajak berkomunikasi. Sebaliknya, anak pun harus memahami bahasa yang digunakan
orang lain.
Oleh karena itu diperlukan kemampuan berbahasa
yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Pikiran dan perasaan yang ingin
diungkapkan, diekspresikan dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya.
Berbicara juga berkenaan dengan pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau
dibicarakan.
Apabila anak tidak dapat menggunakan
bahasa dengan baik dan jelas, maka ia akan mengalami kesulitan mengungkapkan
apa yang dipikir dan dirasakannya. Demikian juga, apabila pikiran anak kacau,
maka bahasa yang digunakan juga kacau. Belajar berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa secara lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan suatu proses yang
panjang dan rumit,. Kegiatan belajar bahasa ini akan efektif apabila anak siap atau
matang untuk belajar bahasa.
1. Perkembangan
Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak sebagai alat
atau media komunikasi telah dimulai sejak bayi. Bentuk bahasa atau prabicara
yang paling sederhana dan digunakan pada masa bayi,yaitu dengan ”menangis”
untuk mengungkapkan perasaan dirinya kepada oarang lain, kemudian berkembang
dalam bentuk ”celoteh atau ocehan” dengan cara mengeluarkan bunyi yang belum
jelas. Kemudian, dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota
badan yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
Apabila anak sudah siap atau matang untuk
belajar berbicara, maka sebaiknya tidak lagi menggunakan bentuk komunikasi
prabicara karena akan mmenghambat perkembangan belajar berbahasa pada anak,
sekaligus merugikan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak dikatakan siap
atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara
(koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak
sudah mulai berfungsi dengan baik.
Berbicara atau kegiatan berbahasa
lainnya merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Pola belajar bicara dan
berbahasa untuk semua anak pada umumnya sama, meskipun laju perkembangannya
berbeda. Pola perkembangan bicara hampir sejalan dengan perkembangan motorik.
Sekitar usia satu tahun, biasanya anak mulai belajar berjalan sekaligus belajar
bicara. Tugas pertama belajar bahasa adalah mengucapkan kata yang didengar
dengan cara meniru pengucapan kata orang-orang di sekitarnya.
Pada saat anak mulai masuk sekolah, di mana
hasrat untuk belajar dan ingin tahu besar, merupakan masa yang paling baik
untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan
ditemui dalam kehidupan sehari-harinya. Anak mulai membangun kosa kata atau
menambah perbendaharaan kata-katanya. Kosa kata anak biasanya kata-kata yang
merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata perangkai
atau pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata populer yang digunakan kelompok
anak atau teman sebaya.
Selanjutnya perkembangan bahasa dengan
pembentukan kalimat, dimulai dari kalimat sederhana yang belum lengkap menjadi
kalimat yang semakin lengkap.Semakin awal anak dapat bicara, maka semakin
banyak waktu berlatih yang mereka peroleh untuk berlatih bicara, dan semakin
besar pula kemudahan mereka berbicara dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
Anak yang terlambat bicara,biasanya juga mengalami hambatan dalam penyesuaian
diri dan sosialnya.
Ketika anak mulai dapat berbicara, mereka
hampir berbicara tidak putus-putusnya. Anak bukan hanya berbicara dengan orang
lain, kadang mereka bicara dengan dirinya sendiri atau berbicara dengan boneka
atau alat permainannya.Seiring dengan pertambahan usia anak, kemampuan
berbicara atau berbahasanya semakin baik. Anak membicarakan banyak hal berkenaan
dengan kegiatan bermain, belajar, dan kegiatan lain yang disenanginya.
Isi pembicaraan anak pada umumnya dapat
diklasifikasikan menjadi dua,yaitu:
Ø Pertama,
kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentik), meskipun anak
itu sedang berada dalam kelompok. Anak tipe ini lebih banyak berbicara bagi
kesenangan dan yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia cenderung
mendominasi pembicaraan dan kurang berminat dan sulit mendengarkan dan menerima
pendapat orang lain.
Ø Kedua,
kegiatan berbicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi). Anaktipe ini
cenderung menyesuaikan isi dan cara berbicaranya dengan orang yang sedang
berinteraksi dengannya. Anak mampu berkomunikasi dan melibatkan diri dengan
kegiatan sosial sehingga menjadi anak yang disenangi.
Owen (Semiawan, 1998) menjelaskan
perkembangan bahasa (pragmatik dan semantik) anak pada usia sekolah dasar.
Menurutnya, anak usia 5 tahun sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan
permintaan, mengulang untuk perbaikan, mulai membicarakan topik-topik gender.
Anak usia 6 tahun mengulang dengan cara elaborasi untuk perbaikan, dan
menggunakan kata-kata keterangan. Anak usia 7 tahun mengguna-kan dan memahami
sebagian istilah dan membuat plot naratif yang mempunyai pengantar dan akhir
dari topik yang mau diungkapkan. Anak usia 8 tahun menggunakan topik-topik yang
konkret, mengenal makna nonliteral dalam bentuk permintaan langsung, dan mulai
mempertimbangkan maskud lainnya. Pada usia 9 tahun, anak memelihara topik
melalui beberapa perubahan.Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit
berbicara) pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber
terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalah yang
dipikirkan orang dewasa.
2.
Perkembangan
Bahasa Dalam Pendidikan dan Lingkungan Masyarakat
Bersamaan dengan kehidupan dalam
masyarakat luas, anak remaja mengikuti proses belajar disekolah. Sebagaimana
diketahui dilembaga pendidikan, bahasa diberikan rangsangan yang terarah sesuai
dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan
memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, namun juga secara berencana
merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk didalamnya perilaku berbahasa.
Pengaruh pergaulan dalam masyarakat
(teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang dalam kelompok sebaya.
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang
bentuknya amat khusus (bahasa prokem).
Perkembangan bahasa anak dilengkapi
dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti
bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan
masyarakat sekitar, akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti
proses belajar disekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal
merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun
dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana serta prasarana, menyebabkan si
remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era
globalisasi sekarang ini penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting
untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir seseorang. Namun dengan adanya
hambatan dalam pengembangan ketidak mampuan berbahasa asing tentunya akan
sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya.
Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek
emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.
C. Faktor
dan Kendala dalam Mempelajari Keterampilan Berbahasa
Walaupun pola perkembangan keterampilan
berbahasa anak pada umumnya sama, tetapi tetap ada perbedaan individual,
terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, serta isi
atau topik pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1. Kesehatan:
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang
kurang sehat atau sering sakit. Hal ini dikarenakan perkembangan aspek motorik
dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar
berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan untuk menjadi anggota
kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2. Kecerdasan: Anak yang memiliki
kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan
bahasa yang lebih baik daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah. Belajar
bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang
dipikirkan anak.
3. Jenis kelamin: Anak perempuan lebih
baik dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa
kata, dan tingkat keseringan berbahasa,dari pada anak laki-laki.
4. Keluarga
(jumlah anggota keluarga, urutan kelahiran, dan
metode latihanberbicara). Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin
sering anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik
perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk
mengajak dan melatih mereka berbicara.
5. Keinginan
dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya.
Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan orang lain, terutama
bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara
atau berbahasa.
6. Kepribadian:
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan
berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah atau
kendala dalam penyesuaian diri dan sosial. Kemampuan berbahasa anak yang
memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara
kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan
pengucapan dan isi/topik pembicaraan).
Hambatan atau kesulitan perkembangan
bahasa terjadi apabila anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa
anak awal. Akibatnya, anak mengalami keterlambatan berbicara. Pada gilirannya,
anak menjadi kurang percaya diri dan merasa tidak mampu, sehingga mempengaruhi
penyesuaian diri dan sosialnya.
Demikian juga, tipe anak yang berbicara secara
egosentrik dapat mengakibatkan anak menjadi semakin tertutup dan sulit
melakukan penyesuaian sosial. Masalah lain berupa ketunawicaraan atau cacat bicara
yang terjadi pada anak.Ia tidak dapat atau sulit berbicara, mengucapkan kata
dengan benar dan jelas. Ada juga anak yang mengalami kerancuan berbicara
seperti penggantian bunyi huruf; bicara tidak jelas karena tidak berfungsinya
bibir, lidah dan rahang dengan baik; serta gagap atau berbicara terlalu cepat
dan membingungkan, karena otot bicara dengan otak kurang koordinasi mengenai
apa yang ingin dibicarakan.
Selain hambatan tersebut, akhir-akhir
ini juga muncul masalah sehubungan kedwibahasaan yang dapat membuat anak
menjadi bingung, sehingga mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial dan
pembelajaran di sekolah.
Berkenaan dengan perkembangan bahasa
anak, orang tua di rumah maupun guru di sekolah perlu memahami pola
perkembangan bahasa anak, serta peka terhadap masalah yang mengganggu
perkembangan bahasa anak. Dengan cara ini, anak akan sedini mungkin diberikan
bantuan dan bimbingan yang tepat. Potensi anak untuk berbahasa memerlukan
waktu, kesabaran, dan dukungan dalam proses pembelajaran dan pelatihan
berbahasa. Biasakan anak menggunakan bahasa yang baik dan benar. Berikan mereka
dorongan agar berani berbicara dan memiliki kebiasaan membaca serta menulis
yang baik dan benar.