Selasa, 18 November 2014

Macam-macam Pendekatan dalam Pembelajaran



BAB I
Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme

A.    Pengertian Pendekatan pembelajaran kontruktivisme
Seperti cendawan di musim hujan, kini terminologi ”konstruktivisme” telah merebak dalam dunia pendidikan. Merebaknya istilah ”konstruktivisme’ itu sejalan dengan kebingungan kita khususnya dalam menerapkan pada tataran praktis dunia pendidikan. Menurut Brooks & Brooks (1993) konstruktivisme adalah lebih merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi pembelajaran. ”Constructivism is not an instructional strategy to be deployed under appropriate conditions. Rather, constructivism is an underlying philosophy or way of seeing the world”.
 Bahkan menurut Glasersfeld (1987) konstruktivisme sebagai "teori pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psikologi dan cybernetics". Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi pengetahuan. Ia melihat pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktip menerima yang apapun melalui pikiran sehat atau melalui komunikasi. Hal itu secara aktip teruama dengan membangun pengetahuan. Kognisi adalah adaptif dan membiarkan sesuatu untuk mengorganisir pengalaman dunia itu, bukan untuk menemukan suatu tujuan kenyataan (von Glasersfeld, 1989).
Hal ini berbeda dengan pandangan kaum objektivis bahwa pengetahuan adalah stabil sebab kekayaan esensial objek pengetahuan dan secara relatif tak berubah-ubah. Dengan demikian secara metafisik kaum objektivis berasumsi bahwa dunia adalah riil, hal itu adalah tersusun, dan bahwa struktur itu dapat dimodelkan untuk siswa. Objectivisme masih meyakini bahwa tujuan pikiran adalah untuk "cermin" bahwa kenyataan dan strukturnya itu melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan decomposable (tidak dapat diubah). Maksudnya bahwa hal itu diproduksi oleh proses berpikir yang di luar si pembelajar, dan ditentukan oleh struktur dunia nyata
Hal ini berbeda dengan pandangan konstruktivisme yang beranggapan bahwa pengetahuan dan kenyataan itu tidak mempunyai suatu sasaran atau nilai mutlak atau, paling sedikit, bahwa kita tidak punya cara untuk mengetahui kenyataan ini. Von Glasersfeld (1995) menunjuk dalam hubungan ini dengan konsep kenyataan: "Hal itu terdiri dari jaringan sesuatu hal dan berhubungan bahwa kita bersandar pada hidup kita, dan yang lain-pun sama taerhadapnyaa, kita percaya, orang lain bersandar juga" (Murpy, 1997: 7). Siswa  menginterpretasikan dan membangun suatu kenyataan berdasarkan pada interaksi dan pengalamannya dengan lingkungan. Bukannya berpikir tentang kebenaran dalam kaitannya dengan suatu pencocokan dengan kenyataan, von Glasersfeld malahan memfokuskan pada pemikiran-pemikiran kelangsungan hidup: "Untuk konstructivisme, konsep-konsep, model-model, teori-teori, dan seterusnya adalah dapat berkembang terus  jika mereka dapat membuktikan cukup matang dalam konteks dengannya di mana mereka telah ciptakan". Oleh karena itu dalam kontinum secara epistemologis, bahwa objectivisime dan konstructivisme akan menghadirkan kebalikan yang ekstrim. Berbagai jenis konstruktivisme sudah dimunculkan. Kita dapat membedakan antara konstruktivisme radikal, sosial, phisik, evolusiner, konstruktivisme postmodern, konstruktivisme sosial, konstruktivisme pengolahan informasi, dan konstruktivisme sistem cybernetic (Steffe & Gale, 1995; Prawat, 1996; Heylighen,1993; Ernest,1995)
Dengan demikian ruang lingkup epistemologi konstruktivisme secara jelas begitu luas dan sulit  untuk dinamai. Tergantung pada siapa yang anda baca, anda boleh mendapatkan sesuatu penafsiran yang sedikit berbeda. Namun demikian, banyak para penulis, pendidik dan peneliti nampak memiliki persetujuan tentang bagaimana epistemologi konstructivisme ini seharusnya dapat mempengaruhi belajar dan praktek pendidikan. Bagian yang berikut ini mengingatkan kita, apa makna konstruktivisme    untuk belajar. Hal itu penting untuk suatu pertimbangan jika kita mengambil suatu bentuk aktivitas tertentu maka disamping memberikan dalam aspek keingintahuan sebagai bagian nafsu akademisnya juga tidak kalah pentingnya memahami makna yang terkandung dalam upaya perbaikan suatu sistem pembelajaran yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat, padu, dan meyakinkan sebagai alternatif pendekatan pembelajaran yang lebih baik.
Dalam perkembangannya, konstructivisme memang banyak digunakan dalam pendekatan-pendekatan pembelajaran. Konstruktivisme pada dasarnya adalah suatu pandangan yang didasarkan pada aktivitas siswa dengan untuk menciptakan, menginterpretasikan, dan mereorganisasikan pengetahuan dengan jalan individual (Windschitl, dalam Abbeduto, 2004). Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Schwandt (1994) bahwa konstruktivisme adalah seperti interpretivis dan konstruktivis.  Hal ini sejalan pula dengan pendapat von Glaserfeld (1987) bahwa pengetahuan bukanlah suatu komunikasi dan komoditas dapat dipindahkan dan tak satu  pengantar-pun itu ada
B.     Tujuan Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme
Tujuan pendekatan pembelajaran kontruktivisme adalah membentuk karakteristik manusia masa depan yang diharapkan.
Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan masyarakat masa depan yang dikehendaki.Karakteristik manusia masa depan yang dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan ,kemandirian,tangungjawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan,mengembangkan segenap aspek  potensi melalui proses belajar yangg terus menerus untuik menemukan diri sendiri dan menjadi diri sendiri ,dam mampu melakukian kolaborasi dalam memecahkan masalah  yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan kejayaan bangsa.
C.    Manfaat Pendekatan Pembelajaran Kontruktivisme
Manfaat dari pendekatan pembelajaran adalah dapat membangun karakteristik siswa
D.    Implementasi Pendekatan pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar
Bagi konstruktivisme, pembelajaran bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) dari dosen ke mahasiswa, melainkan kegiatan yang memungkinkan mahasiswa membangun sendiri pengetahuannya (belajar sendiri). 
Pembelajaran berarti partisipasi dosen bersama mahasiswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Pembelajaran adalah proses membantu seseorang berpikir secara benar, dengan cara membiarkannya berpikir sendiri, Berpikir yang baik lebih penting daripada mempunyai jawaban yang benar atas suatu persoalan. Seorang yang mempunyai cara berpikir yang baik dapat menggunakan cara berpikirnya ini dalam mengahadapi suatu fenomena baru, dan dapat menemukan pemecahan dalam menghadapi persoalan lain. Kemampuan ini tidak dipunyai mahasiswa yang hanya dapat menemukan jawaban yang benar, sehingga tidak dapat memecahkan masalah  yang baru.












BAB II
Pendekatan Behavioristik

A.     Pengertian Pendekatan Behavioristik
Pendekatan  behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.
Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut satu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
Macam Teori-Teori Belajar Behaviorisme
1. Teori Koneksionisme (Edward Lee Thorndike)
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon yaitu interaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Dari defenisi ini maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat diamati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat diamati.
2. Teori Classic Conditioning (Ivan Petrovich Pavlov)
Eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging sebagai makanan anjing yang menjadi stimulus alami dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan.
 Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
3. Teori Kontiguitas Conditioning (Edwin R Guthrie)
Dijelaskan bahwa hubungan antara stimulus dan respon cenderung hanya bersifat sementara, oleh sebab itu dalam kegiatan belajar perserta didik perlu sesering mungkin diberikan stimulus agar hubungan antara stimulus dan respon bersifat tetap. Ia juga mengemukakan, agar respon yang muncul sifatnya lebih kuat dan bahkan menetap, maka diperlukan berbagai macam stimulus yang berhubungan dengan respon tersebut.
 Dalam teori ini Guthrie mengasosiasikan rangsangan dan respon secara tepat, sehingga untuk penerapan teori ini dalam proses belajar mengajar dikelas adalah : Guru harus mengarahkan performa siswa, membaca atau mencatat sebagai perangsang siswa untuk menghafal, Dalam hal ini Guru dalam mengelola kelas dianjurkan tidak memerintahkan secara langsung, akan tetapi memberikan stimulus yang berakibat munculnya prilaku sebagai respon dari siswa
4. Teori Operant Conditioning (Burrhus Frederic Skinner)
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik.
Model pembelajaran seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang kemampaun yang membuthkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini dikemukakan oleh Skinner.
B.     Tujuan Pendekatan Behavioristik
Tujuan dari pendekatan pembelajaran Behavioristik adalah mengubah perilaku siswa agar menjadi lebih baik lagi.
C.    Manfaat Pendekatan Behavioristik
Manfaat atau  kelebihan dari teori ini adalah:
1.      Dapat mengganti stimulus yang satu dengan stimulus lainnya dan seterusnya sampai reson yang diinginkan muncul
2.      Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan,spontanitas,dan daya tahan
3.      Teori behavioristik juga cocok diginakan untuk melatih anak-anak yang msih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,suak mengulangi dan dibiasakan,suka meniru dan sengan dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung
D.     Implementasi Pendekatan Behavioristik dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Implementasi Pendekatan behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada yang kompleks.
Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristik. Metode behavioristik ini sangat cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif , perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan denga tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk menertibkan siswa.






BAB III
Pendekatan Pembelajaran Humanisme

A.Pengertian Pendekatan
Menurut pendekatan humanisme, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah :
1.Proses pemerolehan informasi baru,
2. Personalia informasi ini pada individu.
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah: Arthur W.Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan rasa aman dan seterusnya.
Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Carl Rogers
Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a.       Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b.      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c.       Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d.       Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e.       Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f.        Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g.       Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h.       Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i.         Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j.         Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,penghargaan,umpan balik positif.
B.     Tujuan Pendekatan Pembelajaran Humanisme
Tujuan utama para pendidik dalam pendekatam humanisme adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
C.    Manfaat Pendekatan Pembelajaran Humanisme
Pendekatan pembelajaran humanisme  akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang lebih luas,sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan utnuk mencapai tujuannya.
D.    Implikasi Pendekatan Pembelajaran Humanisme
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.

            Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
            Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
  1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
  2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
  3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
  4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
  5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
  6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
  7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
  8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.


















BAB IV
 Pendekatan Kognitif

A.    Pengertian Pendekatan Behavioristik
Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh persepsi seseorang dalam memahami situasi yang berhubungan dengan tujuan belajar. Salah satu teori yang penting yaitu menggunakan teori belajar kognitif.Teori  belajar kognitif  merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur sehingga keterlibatan peserta didik yang aktif sangat dipentingkan dalam proses belajar.
Dengan mengamati keaktifan peserta didik , pendidik sebagai pengelola proses belajar dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam proses berpikirnya. Anak usia dini akan belajar dengan baik, jika menggunakan benda – benda kongkrit untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar. Pada akhirnya, belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar menghafal. Agar lebih bermakna, informasi yang masih baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelumnya.
Mengingat pentingnya tujuan belajar dalam suatu proses pembelajaran, maka pendidik harus mampu memilih dan menentukan teori yang tepat untuk untuk diterapkan dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Teori yang dipilih harus sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik dalam berpikir dan pengembangan kreatifitas. Teori kognitif dirancang agar dapat mengimbangkan daya berpikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia.
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif. Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Prinsip kognitif banyak dipakai di dunia pendidikan, khususnya terlihat pada perancangan suatu sistem instruksional, prinsip-prinsip tersebut antara lain:
  1. Seseorang yang belajar akan lebih mampu mengingat dan memahami sesuatu apabila pelajaran tersebut disusun berdasarkan pola dan logika tertentu
  2. Penyusunan materi pelajaran harus dari sederhana ke kompleks
  3. Belajar dengan memahami akan jauh lebih baik daripada dengan hanya menghafal tanpa pengertian penyajian
Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Diantara para pakar kognitif terdapat 3 pakar terkenal yaitu Piaget, Bruner dan Ausubel. Ketiga tokoh aliran kognitif diatas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.
Menurut piaget kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimililasi, akomodasi dan equilibrasi.
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Sementara itu ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses ini akan terjadi melaluui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Dari pemahaman diatas maka langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh masing-masing tokoh berbeda. Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran yang dimaksud adalah dalam kegiatan pembelajaran, dan keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan pretense belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa.
B.     Tujuan Pendekatan Kognitif
Tujuan dari pendekatan pembelajaran kognitif adalah:
1.      Mengetahui,yakni mempelajari dan mengingat fakta,kata-kata ,istilah,peristiwa,konsep,aturan,kategori,metodologi,teori dan sebagainya.
2.      Memahami,yakni menafsirkan sesuatu,menterjemahkannya dalam bentuk lain,menyatakannya dengan kata-kata sendiri,mengambil kesimpulan berdasarkan apa yang diketahui,menduga akibat sesu     atu berdasrkan pengetahuan yang dimilki,dan sebaginya.
3.      Menrapkan,yakni menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi baru
4.      Menganalisis,yaitu menguraikan suatu keseluruhan  dal bagian-bagian untuk melihat hakikat bagian-bagian serta hubungan antara bagian-bagian itu
5.      Mensintesis,yaitu menggabungkan bagian-bagian dan secara efektif membentuk sesuatu yang baru.
6.      Mengevaluasi,yakni menggunakan kriteria untuk menilai sesuatu.
C.    Manfaat Pendekatan Kognitif
Manfaat pendekatan kognitif dalam pembelajaran yaitu untuk mengasimilasi pengetahuan baru kedalam hierarki pengetahuan,yang secara progresif lebih rinci dan spesifik dalam struktur kognitif seseorang.
D.    Implikasi Pendekatan Kognitif dalam proses belajar mengajar
Hakekat belajar  menurut teori kognitif  dijelaskan sebagai suatu aktivitas beajar yang berkaitan dengan  penataan informasi,reorganisasi perseptual,dan proses internal.Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif sudah banyak digunakan.dalam pembelajarn tidak hanya mekanistik sebagaimana dilakukan dalam pendekatan behavioristik.Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dallam pembelajaran sangatlah diperhitungkan,agar belajar lebih bermakna bagi siswa.Adapun Implikasi pendekatan kognitif dalam pembelajaran menurut Piaget adalah:
1.      Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2.      Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3.      Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
BAB V
 Kesimpulan

Pendekatan Kontruktivisme merupakan sebuah filosofi pembelajaran yang melandasi premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman,kita membangun, mengkontruksi, pengetahuan dan pemahaman kita tentang dunia tempat kita hidup.pendekatan belajar kontrutivisme merupakan revolusi dan usaha kerka keras Jean Piagel dan Vigotskyk,untuk merubah atau merevolusi teori belajar tradisional atau behaviorisme yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan teori belajar behaviorisme mengungkapkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah lakusebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkahlaku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon.
Selain pendekatan belajar Kontruktivisme dan behaviorisme,pendekatan belajar humanisme juga penting untuk dipahami.Menurut teori ini,proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.Oleh karena itu,pendekatan belajar humanisme sifatnya lebih abstrak,dan lebih mendekati bidang pendekatan filsafat,teori kepribadian,dan psikoterapi,dari pada bidang kajian psikologi belajar.
Pendekatan pembelajaran kognitif adalah perubahan presepsi dan pemahaman,yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur.Asumsi pendekatan ini adalah bahwqa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya.Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.
1.      Keempat pendekatan diatas memiliki manfaat berbeda-beda,dimana manfaat-manfaat tersebut diantaranya adalah:Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar
2.      Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran
3.      Memandu guru untuk mengelola kelas
4.      Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai
5.      Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif
6.      Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.












DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih,Asri.2004.Belajar dan Pembelajaran:Rineka Cipta,Yogyakarta
Jihad,Asep dan Suyanto.2013.Menjadi Guru profesional:Erlangga,Jakarta
Soetopo,Hendyat.2005.Pendidikan dan Pembelajaran:Universitas Muhamadiyah
Malang,Malang
Bubudcitra.(2013).Macam-macam Pendekatan Pembelajaran,Diakses pada 16 septenber 2014 pukul 06.14 WIT dari http://bubudcitra.wordpress.com/2013/macam-macam-pendekatan-pembelajaran.html
Nana,Chyntia.(2013).Makalah Behaviorisme,kognitifisme,dan kontruktivisme,  diakses pada 15 September 2014 pukul 21.43 WIT dari  http://student.fkip.uns.ac .id/2013/07/05/makalah-behaviorisem-kognitifime-dan-kontruktifisme.html

1 komentar:

  1. Best Casino in Las Vegas - Mapyro
    › best-casino › best-casino Find the best Casino in 영주 출장샵 Las Vegas, 강릉 출장마사지 Nevada. This is my 제주도 출장샵 #1 destination for the best casino 전라남도 출장마사지 games, 서귀포 출장샵 slots, table games and bingo in Nevada.

    BalasHapus