A. Pengertian
Model Pembelajaran,Metode Pembelajaran,dan Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses
pembelajaran
tidak hanya dikenal
metode,model dan pendekatan pembelajaran saja.Tetapui ada juga beberapa istilah lain.Dimana
istilah-idtilah tersebut memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang
merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini
akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan
kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan
(2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya
diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin
Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
- Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
- Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur
tersebut adalah:
- Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
- Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya,
2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David,
Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung
makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat
konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih
konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode
pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in
achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat
beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan
strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi;
(4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Selanjutnya
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat
diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu
metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Sementara taktik pembelajaran merupakan
gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu
elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat)
Apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan
model pembelajaran. Jadi,
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan
model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Untuk lebih
jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat
divisualisasikan sebagai berikut:
Di luar istilah-istilah tersebut, dalam
proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut
dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan
berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana
diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi
pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru
saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang
kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun
penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun,
jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar
pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran
sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara
kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas,
sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan,
yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
B.
Contoh Model,Metode,dan Pendekatan Pembelajaran
A.) MODEL PEMBELAJARAN
1. Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran
langsung merupakan model pembelajaran yang lebih berpusat pada guru dan lebih
mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi
ajar.
Ø Macam-Macam Pembelajaran
Langsung
Adapun macam-macam pembelajaran
langsung antara lain :
1)
Ceramah,
merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada
sejumlah pendengar.
2)
Praktek
dan latihan, merupakan suatu teknik untuk membantu siswa agar dapat menghitung
dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan soal.
3)
Ekspositori,
merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, hanya
saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit.
4)
Demonstrasi,
merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah dan
ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit dan siswa lebih
banyak dilibatkan.
5)
Questioner
6)
Mencongak
Ø Ciri-Ciri pada
Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung
mempunyai ciri-ciri, antara lain :
1)
Proses
pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru.
2)
Suasana
kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.
3)
Lebih
mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran.
4)
Materi
ajar bersumber dari guru.
Ø Tujuan Pembelajaran
Langsung
Model pembelajaran
langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu
yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi
ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran
yang lain.
2.)Model Pembelajaran Kooperatif
Ø Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan penting
pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Menurut Slavin (1997),
pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja
dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
Pembelajaran kooperatif
atau cooperative learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama
dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari,
2000:25).
Eggen dan Kauchak (1993:
319) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai sekumpulan strategi
mengajar yang digunakan guru agar siswa saling membantu dalam mempelajari
sesuatu.
Ø Macam-Macam Model
Pembelajaran Kooperatif
Ada berbagai macam model
pembelajaran kooperatif,namun pada kesempatan ini penulis lebih menekankana
pada beberapa macam kooperatif saja terutama pada model pembelajaran Teams
Games Tournamnnt yaitu;
1.
Student
Teams Achievement Division (STAD)
2.
Group
Investigation
3.
Jigsaw
4.
Structural
Approach
5.
Team Games Tournament ( TGT )
a)
Gambaran Mengenai Team Games
Tournament (TGT)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah
satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran
siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif
model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih
rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan
sehat dan keterlibatan belajar.
Teams games tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh
Davied Devries dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari
Johns Hopkins. Dalam model ini kelas terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3 sampai dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,
jenis kelamin, dan latar belakang etniknya, kemudian siswa akan bekerjasama
dalam kelompok-kelompok kecilnya.
Pembelajaran dalam Teams games tournament (TGT) hampir sama
seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu, sebagai ganti kuis dan sistem skor
perbaikan individu, TGT menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam turnamen
itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim lain yang setara dalam
kinerja akademik mereka yang lalu. Nur & Wikandari (2000) menjelaskan bahwa
Teams games tournament TGT telah digunakan dalam berbagai macam mata
pelajaran, dan paling cocok digunakan untuk mengajar tujuan pembelajaranyang
dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban benar, seperti perhitungan dan
penerapan berciri matematika, dan fakta-fakta serta konsep IPA.
b)
Pendekatan Kelompok Kecil dalam
Teams Games Tournament
Pendekatan yang digunakan dalam Teams games tournament
adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok
kecil dalam pembelajaran. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin
aktif dalam pembelajaran. Ciri dari pendekatan secara berkelompok dapat
ditinjau dari segi,yaitu:
1)
Tujuan Pengajaran dalam Kelompok Kecil
Tujuan pembelajaran dalam kelompok kecil yaitu; (a) member
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara
rasional, (b) mengembangkan sikap social dan semangat bergotong royong (c)
mendinamisasikan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga setiap kelompok
merasa memiliki tanggung jawab, dan (d) mengembangkan kemampuan kepemimpinan
dalam kelompok tersebut (Dimyati dan Mundjiono, 2006).
2)
Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Agar kelompok kecil dapat berperan konstruktif dan produktif
dalam pembelajaran diharapkan; (a) anggota kelompok sadar diri menjadi
anggota kelompok, (b) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung
jawab, (c) setiap anggota kelompok membina hubungan yang baik dan mendorong
timbulnya semangat tim, dan (d) kelompok mewujudkan suatu kerja yang kompak
(Dimyati dan Mundjiono, 2006).
3)
Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok yaitu; (a)
pembentukan kelompok (c) perencanaan tugas kelompok, (d) pelaksanaan, dan (d)
evalusi hasil belajar kelompok.
c)
Komponen dan Pelaksanaan Team Game
Tournament dalam Pembelajaran
Ada lima komponen utama dalam TGT,yaitu:
1.
Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam
penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2.
Kelompok ( team )
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima
orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja
dengan baik dan optimal pada saat game.
3.
Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor.
4. Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor
undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar
kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar
keempat sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam
kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2.
Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang
pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila
menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah
menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan
chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab
soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1,
chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan
kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta
berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi
reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2,
reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus
dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
5.
Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan.
Kriteria
( Rerata Kelompok )
|
Predikat
|
≥ 45
|
Super
Team
|
40 – 45
|
Great
Team
|
30 – 40
|
Good
Team
|
d)
Implementasi Model Pembelajaran TGT
Dalam
pengimplementasian yang hal yang harus diperhatikan yaitu:
1)
Pembelajaran terpusat pada siswa
2)
Proses pembelajaran dengan suasana berkompetisi
3)
Pembelajaran bersifat aktif ( siswa berlomba untuk dapat menyelesaikan persoalan)
4)
Pembelajaran diterapkan dengan mengelompokkan siswa menjadi tim-tim
5)
Dalam kompetisi diterapkan system point
6)
Dalam kompetisi disesuaikan dengan kemampuan siswa atau dikenal kesetaraan
dalam kinerja akademik
7)
Kemajuan kelompok dapak diikuti oleh seluruh kelas melalui jurnal kelas yang
diterbitkan secara mingguan
8)
Dalam pemberian bimbingan guru mengacu pada jurnal
9)
Adanya system penghargaan bagi siswa yang memperoleh point banyak
e.)Kelemahan
dan Kelebihan Model Pembelajaran TGT
Riset
tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran telah banyak
dilakukan oleh pakar pembelajaran maupun oleh para guru di sekolah. Dari tinjuan
psikologis, terdapat dasar teoritis yang kuat untuk memprediksi bahwa
metode-metode pembelajaran kooperatif yang menggunakan tujuan kelompok dan
tanggung jawab individual akan meningkatkan pencapaian prestasi siswa. Dua
teori utama yang mendukung pembelajaran kooperatif adalah teori motivasi dan
teori kognitif.
Dari
pespektif motivasional, struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi
di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka
adalah jika kelompok mereka sukses. Oleh karena itu, mereka harus membantu
teman satu timnya untuk melakukan apa pun agar kelompok berhasil dan mendorong
anggota satu timnya untuk melakukan usaha maksimal.
Sedangkan
dari perspektif teori kognitif, Slavin (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif adalah bahwa
interaksi di antara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang sesuai
mengingkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan siswa
yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi
pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif. Penelitian psikologi
kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori dan
berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori, orang yang belajar
harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari
materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan materinya
kepada orang lain.
Namun
demikian, tidak ada satupun model pembelajaran yang cocok untuk semua materi,
situasi dan anak. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi
penekanan dalam proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan
pembelajaran. Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat
direspon beragama oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka. Dalam hal ini,
pembelajaran kooperatif dengan teknik TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan
dalam implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek
psikologis bagi siswa.
Slavin
(2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan
keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
§ Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT
memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial
mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
§ Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka
peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
§ TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak
untuk rasa harga diri akademik mereka.
§ TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja
sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)
§ Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama,
tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
§ TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada
remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
Sebuah
catatan yang harus diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran TGT adalah bahwa
nilai kelompok tidaklah mencerminkan nilai individual siswa. Dengan demikian,
guru harus merancang alat penilaian khusus untuk mengevaluasi tingkat
pencapaian belajar siswa secara individual.
Kelebihan
dan Kelemahan Pembelajaran TGT Metode pembelajaran kooperatif Team Games
Tournament (TGT) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana
(2000:10) dalam Istiqomah (2006), yang merupakan kelebihan dari pembelajaran
TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan
waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap
perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat
menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar
berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih
bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi,
kepekaan dan toleransi.
Sedangkan
dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah;
1.
Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca
dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan
2.
Team
Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk
tingkat 3-6 (setingkat TK).
Model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan,
dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).
a.
Struktur
tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis kegiatan siswa dalam
kelas
b.
Struktur
tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa dan guru pada
akhir pembelajaran atau saat siswa menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam
struktur tujuan, yaitu:
1
Struktur
tujuan individualistik
2
Struktur
tujuan kompetitif
3
Struktur
tujuan kooperatif
c.
Struktur
penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan pada kelompok jika
keberhasilan kelompok sebagai akibat keberhasilan bersama anggota kelompok.
3.
Ciri-Ciri
dan Tahapan pada Model Kooperatif
Menurut Arends (1997:
111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
§ siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
§ kelompok
dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
§ jika
mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang
berbeda-beda,
§ penghargaan
lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Pembelajaran kooperatif
dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut (Ibrahim, M., dkk.,
2000: 10)
1
Menyampaikan
tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
2
Menyampaikan
informasi.
3
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4
Membantu
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
5
Evaluasi
atau memberikan umpan balik.
6
Memberikan
penghargaan.
3.
Tujuan
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya tiga tujuan
pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:
1
Meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model
ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
2
Penerimaan
yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial,
kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama
lain.
3
Mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting
karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan
sosial.
5.
Ketrampilan
Pembelajaran Kooperatif
Melalui model ini
diharapkan tidak cuma kemampuan akademik yang dimiliki siswa tetapi juga
ketrampilan yang lain.
Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara
lain:
1
Keterampilan-keterampilan
Sosial
2
Keterampilan
Berbagi
3
Keterampilan
Berperan Serta
4
Keterampilan-keterampilan
Komunikasi
5
Pembangunan
Tim
6
Keterampilan-keterampilan
Kelompok
B.)METODE PEMBELAJARAN
1. Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran
kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam
jumlah yang relatif besar.Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.metode ceramah cocok digunakan dalam pembelajaran
dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah cocok untuk penyampaian bahan belajar yang
berupa informasi dan jika bahan belajar tersebut sukar didapatkan.
Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan
pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara
mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran
yang bersifat interaktif .
Menurut
Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding metode ceramah, metode
diskusi dapat meningkatkan anak dalam pemahaman konsep dan keterampilan
memecahkan masalah. Tetapi dalam transformasi pengetahuan, penggunaan metode
diskusi hasilnya lambat dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah
lebih efektif untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode
diskusi.
3. Metode Demonstrasi
3. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk
menolong siswa mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana
cara mengaturnya? Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya.
Demonstrasi sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau
seorang demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
a.
Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan.
c.
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa.
Kelemahan metode Demonstrasi :
a. Siswa
kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
b. Tidak
semua benda dapat didemonstrasikan.
c. Sukar
dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai
apa yang
didemonstrasikan.
4.Metode
Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu
metode, yakni metode ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah plus,
diantaranya yaitu:
a. Metode
ceramah plus tanya jawab dan tugas
b. Metode
ceramah plus diskusi dan tugas
c. Metode
ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)
5. Metode Resitasi
5. Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa
membuat resume dengan kalimat sendiri.
Kelebihan Metode Resitasi adalah :
a.
Pengetahuan yang diperoleh peserta
didik dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama.
b.
Peserta didik memiliki peluang untuk
meningkatkan keberanian, inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.
Kelemahan Metode Resitasi adalah :
a.
Kadang kala peserta didik melakukan
penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
b.
Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang
lain tanpa pengawasan.
c.
Sukar memberikan tugas yang memenuhi
perbedaan individual.
6. Metode Eksperimental
Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu
yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu
obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek
yang dipelajarinya.
7.Metode Study Tour (Karya wisata)
Metode
study tour Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak
peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan
selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta membukukan
hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.
8. Metode Latihan Keterampilan
Metode latihan keterampilan (drill
method) adalah suatu metode mengajar dengan
memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan
mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan,
fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode
latihan keterampilan ini bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis
pada peserta didik.
9. Metode Pengajaran Beregu
9. Metode Pengajaran Beregu
Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari
satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.Biasanya salah seorang pendidik
ditunjuk sebagai kordinator. Cara pengujiannya,setiap pendidik membuat soal,
kemudian digabung. Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung
berhadapan dengan team pendidik tersebut
10. Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode
mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
11. Metode Pemecahan Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanyasekadar metode mengajar,
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada
menarik kesimpulan.
Metode
problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir danmenggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan olehsiswa. Seorang
guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencobamengeluarkan
pendapatnya.
12. Project Method
12. Project Method
Project Method
adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta
didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
13. Taileren Method
13. Taileren Method
Teileren Method
yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan sebagian-sebagian,misalnya ayat
per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat lainnya yang tentusaja berkaitan
dengan masalahnya
14. Metode Global (ganze method)
Metode Global
yaitu suatu metode mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi,
kemudian siswa meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari
materi tersebut.
C.)PENDEKATAN
PEMBELAJARAN
Ada
beberapa macam pendekatan pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar,
antara lain :
1.
Pendekatan Kontekstual
Pendekatan
konstekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan
melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya
sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya
berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa
untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikian proses
pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut
untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip
membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa.
Borko
dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,guru memilih
konteks pembelajaran yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkanpembelajaran
dengan kehidupan nyata dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta
dengan budaya yang berlaku dalam masyarakatnya.
Pemahaman,
penyajian ilmu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi
dikaitkan dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan
sehari-hari.Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat diarahkan
kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Dalam
kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya.
Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.Guru
bertugas mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk
merumuskan, menemukan sesuatu yang baru bagi kelas yang dapat berupa
pengetahuan, keterampilan dari hasil “menemukan sendiri” dan bukan dari “apa
kata guru.
Penggunaan
pembelajaran kontekstual memiliki potensi tidak hanya untukmengembangkan ranah
pengetahuan dan keterampilan proses, tetapi juga untukmengembangkan sikap,
nilai, serta kreativitas siswa dalam memecahkan masalahyang terkait dengan
kehidupan mereka sehari-hari melalui interaksi dengan sesamateman, misalnya
melalui pembelajaran kooperatif, sehingga juga mengembangkan
ketrampilan sosial (social skills).
Lebih
lanjut Schaible,Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan
bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa dalam masalah yang sebenarnya
dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik pada bidang penelitian,
membantu mereka mengidentifikasi masalah yang konseptual atau metodologis dalam
bidang penelitian dan mengajak mereka untuk merancang cara dalam mengatasi
masalah.
2.
Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme
merupakan landasan berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget
(1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut
Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori
konstruktivisme ialah pelajar berpeluang membina pengetahuan secara aktif
melalui proses saling pengaruh antara pembelajaran terdahulu dengan
pembelajaran terbaru. Pembelajaran terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran
terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri oleh pelajar.
Menurut
teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang
akan berkembang dan berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman
baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina
konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sedia ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion.
Selain itu, konsep-konsep yang ada pada seseorang boleh berubah selaras
dengan pengalaman baru yang dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning.
Seseorang juga boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya
dengan menggunakan analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya.
Menurut Gagne, Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina
dengan menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini
dikenali sebagai parcing.
Pendekatan
konstruktivisme sangat penting dalam proses pembelajaran kerana belajar
digalakkan membina konsep sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang
dipelajari dengan pengetahuan yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini,
pelajar dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian
Sharan dan Sachar (1992, disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan
pelajar yang diajar menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang
diajar menggunakan pendekatan tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini
(2002), Van Drie dan Van Boxtel (2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut
membuktikan bahawa pendekatan konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk
mendapatkan pemahaman dan pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
3.
Pendekatan Deduktif – Induktif
a.
Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep,
definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif
dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung
dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep
dasarnya(Suwarna,2005).
b.
Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif dalam pengolahan informasi
adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk memperoleh
pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer atau dapat pula
berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional
adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan
meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba
pembelajaran dan topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan
teori-teori dan rumus dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa,
dan kurang atau tidak mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan
pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan.
Bransford (dalam Prince dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang
psikologi dan neurologi. Temuannya adalah: ”All new learning involves transfer
of information based on previous learning”, artinya semua pembelajaran baru
melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan
deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan
melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan;
dan (2) memberi contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan
maksud untuk menguji pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran lainnya selain dengan
pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan induktif . Beberapa
contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan
induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual,
siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar
pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan
pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi.
Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju
konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian
membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus memiliki
pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi tersebut
setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
C.
Hubungan
Contoh-contoh Model,Metode,dan Pendekatan Pembelajaran dengan Kurikulum 2013
Sebelum kita
mengetahui hubungan contoh model,metode,dan pendekatan pembelajaran
dengan Kurikulum 2013,terlebih dahulu kita harus mengetahui apa itu sih
kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 merupakan suatu kurikulum yang dibentuk untuk
mepersiapkan lahirnya generasi emas bagi bangsa Indonesia,dengan sistem dimana siswa lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar(KBM).Seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya,kurikulum
2013 ini juga memiliki beberapa aspek
penilaian,diantaranya yaitu:
Ø Aspek Pengetahuan
Pengetahuan
dalam kurikulum 2013 sama seperti kurikulum sebelum-sebelumnya,yaitu penekanan
pada tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran.Nilai dari aspek pengetahuan bisa
didapat dari Ulangan harian,ulangan tengah Semester ataupun ujian kenaikan
kelas.Pada kurikulum 2013,pengetahuan bukan aspek utama seperti pada
kurikulum-kurikulum sebelumnya
Ø Aspek Keterampilan
Keterampilan
merupakan aspek baru dalam kurikulum di Indonesia.keterampilan merupakan penekanan
pada skill atau kemampuan
Ø Aspek Sikap
Aspek
sikap merupakan aspek yang agak sulit dinilai.Sikap meliputi sopan santun,adab,
dalam belajar,absensi,sosial dan agama.Diperlukan kerja sama yang baik antara
orang tua,guru mata pelajaran,wali kelas dan guru BK agar penilaian sikap ini lebih optimal.
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa Kurikulum 2013
lebih menekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar
mengajar.Oleh karena itu dibutuhkan Medel,metode,dan pendekatan yang tepat
dalam proses pembelajaran agar siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar
mengajar.
Dan dari semua contoh model,metode,dan pendekatan
pembelajaran yang saya ambil diatas,kesemuanya memenuhi kriteria atau bisa
digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun di kampus.Hal karena
kesemua contoh yang saya angkat diatas semuanya lebih menekankan kepada siswa
untuk berperan aktif dalam proses belajar dalam kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar