Selasa, 18 November 2014

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa



A.    Pengertian Bahasa
            Bahasa merupakan untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosioanal dan sosial. Dengan perkembangan bahasa, anak akan lebih mengerti orang lain dan lebih mudah dimengerti oleh orang lain. Semua ini sangat membantu perkembangan tingkah laku dan sikap sosialnya. Penggunaan aspek kebahasaan dalam proses pembelajaran sering berhubungan satu sama lainnya.
            Menyimak dan membaca erat hubungan dalam hal bahwa keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi. Berbicara dan menulis erat hubungannya dalam hal bahwa keduanya merupakan cara untuk mengekpresikan makna.
B.     Perkebangan Bahasa
Perkembangan kemampuan atau keterampilan bahasa erat kaitannya dengan perkembangan kemampuan berpikir seseorang. Komunikasi berarti pertukaran ikiran dan perasaan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, maka anak harus menggunakan bahasa yang bermakna bagi orang yang diajak berkomunikasi. Sebaliknya, anak pun harus memahami bahasa yang digunakan orang lain.
 Oleh karena itu diperlukan kemampuan berbahasa yang jelas dan dapat dipahami oleh orang lain. Pikiran dan perasaan yang ingin diungkapkan, diekspresikan dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya. Berbicara juga berkenaan dengan pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau dibicarakan.
Apabila anak tidak dapat menggunakan bahasa dengan baik dan jelas, maka ia akan mengalami kesulitan mengungkapkan apa yang dipikir dan dirasakannya. Demikian juga, apabila pikiran anak kacau, maka bahasa yang digunakan juga kacau. Belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa secara lisan, tulisan, maupun isyarat merupakan suatu proses yang panjang dan rumit,. Kegiatan belajar bahasa ini akan efektif apabila anak siap atau matang untuk belajar bahasa.
1.      Perkembangan Bahasa Anak
Perkembangan bahasa anak sebagai alat atau media komunikasi telah dimulai sejak bayi. Bentuk bahasa atau prabicara yang paling sederhana dan digunakan pada masa bayi,yaitu dengan ”menangis” untuk mengungkapkan perasaan dirinya kepada oarang lain, kemudian berkembang dalam bentuk ”celoteh atau ocehan” dengan cara mengeluarkan bunyi yang belum jelas. Kemudian, dilanjutkan dengan menggunakan isyarat melalui gerakan anggota badan yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara.
 Apabila anak sudah siap atau matang untuk belajar berbicara, maka sebaiknya tidak lagi menggunakan bentuk komunikasi prabicara karena akan mmenghambat perkembangan belajar berbahasa pada anak, sekaligus merugikan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik.
Berbicara atau kegiatan berbahasa lainnya merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Pola belajar bicara dan berbahasa untuk semua anak pada umumnya sama, meskipun laju perkembangannya berbeda. Pola perkembangan bicara hampir sejalan dengan perkembangan motorik. Sekitar usia satu tahun, biasanya anak mulai belajar berjalan sekaligus belajar bicara. Tugas pertama belajar bahasa adalah mengucapkan kata yang didengar dengan cara meniru pengucapan kata orang-orang di sekitarnya.
 Pada saat anak mulai masuk sekolah, di mana hasrat untuk belajar dan ingin tahu besar, merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-harinya. Anak mulai membangun kosa kata atau menambah perbendaharaan kata-katanya. Kosa kata anak biasanya kata-kata yang merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata perangkai atau pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari, khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata populer yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya.
 Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dari kalimat sederhana yang belum lengkap menjadi kalimat yang semakin lengkap.Semakin awal anak dapat bicara, maka semakin banyak waktu berlatih yang mereka peroleh untuk berlatih bicara, dan semakin besar pula kemudahan mereka berbicara dan meningkatkan rasa percaya dirinya. Anak yang terlambat bicara,biasanya juga mengalami hambatan dalam penyesuaian diri dan sosialnya.
 Ketika anak mulai dapat berbicara, mereka hampir berbicara tidak putus-putusnya. Anak bukan hanya berbicara dengan orang lain, kadang mereka bicara dengan dirinya sendiri atau berbicara dengan boneka atau alat permainannya.Seiring dengan pertambahan usia anak, kemampuan berbicara atau berbahasanya semakin baik. Anak membicarakan banyak hal berkenaan dengan kegiatan bermain, belajar, dan kegiatan lain yang disenanginya.
 Isi pembicaraan anak pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi dua,yaitu:
Ø  Pertama, kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (egosentik), meskipun anak itu sedang berada dalam kelompok. Anak tipe ini lebih banyak berbicara bagi kesenangan dan yang berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia cenderung mendominasi pembicaraan dan kurang berminat dan sulit mendengarkan dan menerima pendapat orang lain.
Ø   Kedua, kegiatan berbicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi). Anaktipe ini cenderung menyesuaikan isi dan cara berbicaranya dengan orang yang sedang berinteraksi dengannya. Anak mampu berkomunikasi dan melibatkan diri dengan kegiatan sosial sehingga menjadi anak yang disenangi.
Owen (Semiawan, 1998) menjelaskan perkembangan bahasa (pragmatik dan semantik) anak pada usia sekolah dasar. Menurutnya, anak usia 5 tahun sangat sering menggunakan bahasa untuk mengajukan permintaan, mengulang untuk perbaikan, mulai membicarakan topik-topik gender. Anak usia 6 tahun mengulang dengan cara elaborasi untuk perbaikan, dan menggunakan kata-kata keterangan. Anak usia 7 tahun mengguna-kan dan memahami sebagian istilah dan membuat plot naratif yang mempunyai pengantar dan akhir dari topik yang mau diungkapkan. Anak usia 8 tahun menggunakan topik-topik yang konkret, mengenal makna nonliteral dalam bentuk permintaan langsung, dan mulai mempertimbangkan maskud lainnya. Pada usia 9 tahun, anak memelihara topik melalui beberapa perubahan.Perkembangan bahasa menjadi berkurang (sedikit berbicara) pada anak yang mendekati masa puber dan dewasa. Pada masa puber terjadi perubahan fisik yang sangat cepat dan dihadapkan pada masalah yang dipikirkan orang dewasa.
2.      Perkembangan Bahasa Dalam Pendidikan dan Lingkungan Masyarakat
Bersamaan dengan kehidupan dalam masyarakat luas, anak remaja mengikuti proses belajar disekolah. Sebagaimana diketahui dilembaga pendidikan, bahasa diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, namun juga secara berencana merekayasa perkembangan sistem budaya, termasuk didalamnya perilaku berbahasa.
Pengaruh pergaulan dalam masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang dalam kelompok sebaya. Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok tertentu yang bentuknya amat khusus (bahasa prokem).
Perkembangan bahasa anak dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat dimana mereka tinggal. Hal ini berarti bahwa proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari pergaulan dengan masyarakat sekitar, akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa. Bersamaan dengan kehidupannya dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses belajar disekolah.
Masa remaja, terutama remaja awal merupakan masa terbaik untuk mengenal dan mendalami bahasa asing. Namun dikarenakan keterbatasan kesempatan dan sarana serta prasarana, menyebabkan si remaja kesulitan untuk menguasai bahasa asing. Tidak bisa dipungkiri, dalam era globalisasi sekarang ini penguasaan bahasa asing merupakan hal yang penting untuk menunjang kesuksesan hidup dan karir seseorang. Namun dengan adanya hambatan dalam pengembangan ketidak mampuan berbahasa asing tentunya akan sedikit-banyak berpengaruh terhadap kesuksesan hidup dan kariernya. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek-aspek perilaku dan kepribadian lainnya.

C.    Faktor dan Kendala dalam Mempelajari Keterampilan Berbahasa
Walaupun pola perkembangan keterampilan berbahasa anak pada umumnya sama, tetapi tetap ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau banyaknya bicara, serta isi atau topik pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor berikut:
1.      Kesehatan: Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit. Hal ini dikarenakan perkembangan aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga lebih siap untuk belajar berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok tersebut.
2.       Kecerdasan: Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik daripada anak yang tingkat kecerdasannya rendah. Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan anak.
3.       Jenis kelamin: Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa daripada anak laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa,dari pada anak laki-laki.
4.      Keluarga (jumlah anggota keluarga, urutan kelahiran, dan metode latihanberbicara). Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk mengajak dan melatih mereka berbicara.
5.      Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman sebaya. Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan orang lain, terutama bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha anak untuk berbicara atau berbahasa.
6.      Kepribadian: Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan sosial. Kemampuan berbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara) maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik pembicaraan).

Hambatan atau kesulitan perkembangan bahasa terjadi apabila anak tidak meninggalkan kebiasaan berbicara pada masa anak awal. Akibatnya, anak mengalami keterlambatan berbicara. Pada gilirannya, anak menjadi kurang percaya diri dan merasa tidak mampu, sehingga mempengaruhi penyesuaian diri dan sosialnya.
 Demikian juga, tipe anak yang berbicara secara egosentrik dapat mengakibatkan anak menjadi semakin tertutup dan sulit melakukan penyesuaian sosial. Masalah lain berupa ketunawicaraan atau cacat bicara yang terjadi pada anak.Ia tidak dapat atau sulit berbicara, mengucapkan kata dengan benar dan jelas. Ada juga anak yang mengalami kerancuan berbicara seperti penggantian bunyi huruf; bicara tidak jelas karena tidak berfungsinya bibir, lidah dan rahang dengan baik; serta gagap atau berbicara terlalu cepat dan membingungkan, karena otot bicara dengan otak kurang koordinasi mengenai apa yang ingin dibicarakan.
Selain hambatan tersebut, akhir-akhir ini juga muncul masalah sehubungan kedwibahasaan yang dapat membuat anak menjadi bingung, sehingga mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosial dan pembelajaran di sekolah.
Berkenaan dengan perkembangan bahasa anak, orang tua di rumah maupun guru di sekolah perlu memahami pola perkembangan bahasa anak, serta peka terhadap masalah yang mengganggu perkembangan bahasa anak. Dengan cara ini, anak akan sedini mungkin diberikan bantuan dan bimbingan yang tepat. Potensi anak untuk berbahasa memerlukan waktu, kesabaran, dan dukungan dalam proses pembelajaran dan pelatihan berbahasa. Biasakan anak menggunakan bahasa yang baik dan benar. Berikan mereka dorongan agar berani berbicara dan memiliki kebiasaan membaca serta menulis yang baik dan benar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan



Berbicara mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan,kita terlebih dahulu harus mengetahui apasih Perkembangan itu?.Oleh karena itu sebelum kita memasuki atau membahas faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan,kita akan sedikit mengulas mengenai pengertian dari perkembangan.
A.    Pengertian Perkembangan
Setiap membicarakan tentang perkembangan pasti selalu berhubungan juga dengan pertumbuhan,hal ini karena pada setiap mahluk hidup tidak hanya  mengalami  perkembangan  saja,tetapi juga  mengalami pertumbuhan.Hal tersebut tentu saja berlaku juga pada manusia.
Setiap manusia pasti mengalami peristiwa pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal yang memiliki makna yang berbeda.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal.
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kuantitatif yang mengacu pada ukuran berat, besar, panjang, atau luas yang bersifat konkret. Terkait dengan pertumbuhan pada manusia, maka hal ini dapat diartikan sebagai bertambah tinggi, bertambah berat, bertambah besar pada diri manusia secara keseluruhan maupun pada organ-organ jasmaniahnya.
Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif yang mengacu pada fungsi. Perkembangan pada diri manusia berarti perubahan fungsi organ-organ jasmaniah dan bukan bertambahnya ukuran atau jumlah organ-organ tersebut. Dapat dikatakan bahwa perkembangan adalah perubahan dan penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ jasmaniah.
Danim (2011: 8) menyatakan bahwa pertumbuhan didefinisikan sebagai peningkatan ukuran, sedangkan perkembangan didefinisikan sebagai kemajuan menuju kedewasaan. Penggunaan kedua istilah tersebut secara bersamaan, yakni “pertumbuhan dan perkembangan  memiliki makna yang kompleks yang berkaitan dengan masalah fisik, mental, maupun emosional.
B.       Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia
Di dalam Psikologi Perkembangan terdapat tiga aliran yang mempengaruhi perkembangan seseorang, yaitu :
a.       Aliran Nativisme, yang dipelopori Arthur Schopenhauer (1788-1860), menitik beratkan pandangannya pada peranan sifat bawaan dan keturunan sebagai penentu perkembangan tingkah laku, persepsi tentang ruang dan waktu tergantung pada faktor-faktor alamiah atau pembawaan dari lahir, asumsi yang mendasari aliran ini adalah bahwa pada diri anak dan orangtua terdapat banyak kesamaan baik fisik maupun psikis. Aliran ini dipandang sebagai aliran pesimisti dan deterministik.
b.      Aliran Empirisme, yang dipelopori John Locke (1632-1704) menitik beratkan pandangannya pada peranan lingkungan sebagai penentu perkembangan tingkah laku, asumsi psikologisnya adalah bahwa manusia lahir dalam keadaan tidak memiliki pembawaan apapun, bagaikan kertas putih (tabula rasa) yang dapat ditulisi dengan apa saja yang dikehendaki. Perwujudan tingkah lakunya ditentukan oleh lingkungan dengan kiat-kiat rekayasa yang bersifat impersonal dan direktif. Bayi yang lahir mempunyai kecenderungan yang sama, yaitu menyusu jika bibirnya bersentuhan dengan payudara ibunya, menangis ketika merasa haus, lapar dan sakit.
Aliran ini dikenal sebagai aliran yang optimistik dan positivistik, hal ini disebabkan bahwa suatu tingkah laku menjadi lebih baik apabila dirangsang oleh usaha-usaha yang nyata, karena manusia bukanlah robot yang diprogram secara deterministik.
c.       Aliran Konvergensi, yang dipelopori oleh William Stern (1871-1929) aliran ini menggabungkan dua aliran di atas. Konvergensi adalah interaksi antara faktor hereditas dan faktor lingkungan dalam proses perkembangan tingkah laku. Hereditas tidak akan berkembang secara wajar apabila tidak diberi rangsangan dari faktor lingkungan. Sebaliknya rangsangan lingkungan tidak akan membina perkembangan  yang ideal tanpa didasari oleh faktor hereditas. Karenanya penentuan kepribadian seseorang ditentukan dengan kerja integral antara faktor internal (potensi bawaan) dan faktor eksternal (lingkungan pendidikan).
   Berikut ini merupakan faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi Perkembangan manusia:
1.      Pembawaan
Pembawaan  ialah seluruh kemungkinan-kemungkinan atau kesanggupan-kesanggupan (potensi) yang terdapat pada seorang individu dan yang selama masa perkembangannya benar-benar dapat diwujudkan (direalisasikan). Misalnya: sejak dilahirkan anak mempunyai kesanggupan untuk dapat berjalan, potensi berkata-kata, potensi untuk belajar ilmu pasti, pembawaan untuk bahasa, untuk menggambar, intelegensi yang baik dan lain-lain.
Beberapa Macam Pembawaan Adalah Sebagai Berikut: 
a.    Pembawaan Jenis
Tiap-tiap manusia biasa diwaktu lainnya telah memiliki pembawaan jenis, yaitu jenis manusia. Bentuk badannya, anggota-anggota tubuhnya, intelegensinya, ingatannya dan sebagainya semua itu menunjukkan ciri-ciri yang khas, dan berbeda dengan jenis-jenis makhluk lain.
b.    Pembawaan Ras
Dalam jenis manusia pada umumnya masih terdapat lagi bermacam-macam perbedaan yang juga termasuk pembawaan keturunan, yaitu pembawaan keturunan mengenai ras.
c.    Pembawaan Jenis Kelamin
Setiap manusia yang normal sejak lahir telah membawa pembawaan jenis kelamin masing-masing.
d.    Pembawaan Perseorangan
Tiap orang (individu) memiliki pembawaan yang bersifat individual (pembawaan perseorangan) yang tipikal, banyak ditentukan oleh pembawaan ras, pembawaan jenis dan pembawaan kelamin.
·         Konstitusi tubuh, termasuk didalamnya : motorik, seperti sikap badan, sikap berjalan, air muka, gerakan bicara. 
·         Cara bekerja alat-alat indra : ada orang yang lebih menyukai beberapa jenis perangsang tertentu yang mirip dengan kesukaan yang dimiliki oleh ayah atau ibunya.
·         Sifat-sifat ingatan dan kesanggupan belajar. 
·         Tipe-tipe perhatian, intelijensi kosien (IQ) serta tipe-tipe intelijensi.
·         Cara-cara berlangsungnya emosi-emosi yang khas. 
·         Tempo dan ritme perkembangan
Sifat bawaan atau gen yang dibawa anak sejak lahir dari kandungan sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya dan selebihnya berasal dari nenek moyangnya dari kedua belah pihak (ibu dan ayahnya), hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Gregor Mendel. Pembawaan tersebut berupa sifat, ciri, dan kesanggupan yang biasa bersifat fisik atau bisa juga yang bersifat psikis (kejiwaan). Warisan atau pembawaan yang terpenting antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi ,bakat watak dan penyakit. Sedangkan sifat malas, lekas marah, dan kemampuan memahami sesuatu dengan cepat adalah sifat-sifat psikis yang mungkin berasal dari pembawaan. Seluruh pembawaan yang terdapat dalam diri seseorang merupakan keseluruhan yang erat hubungannya satu sama lain; yang satu menentukan, mempengaruhi, menguatkan atau melemahkan yang lain.
a)      Bentuk tubuh dan warna kulit
Salah satu warisan yang dibawa anak adalah betuk tubuh dan warna kulit.Dan pengaruhketurunan (pembawaan) terhadap pertumbuhan jasmani anak. Bagaimana pun canggihnya teknologi untuk mengubah bentuk dan warna kulit seseorang namun faktor keturunan jangan diabaikan.
b)      Sifat-sifat
Sifat-sifat yang dimiliki seseorang adalah salah satu aspek yang diwariskan orang tua kepada anak-anaknya.Seperti, penyabar, pemarah,kikir boros, hemat dan sebagainya.Sifat berbeda dengan kebiasaan.Sifat sangat sulit untuk diubah, sedangkan kebiasaan dapat diubah jika dia mengkehendaki dan bersungguh-sungguh mau merubah kebiasaannya itu. Sifat atau kebiasaan merupakan corak dari kepribadian seseorang atau suku bangsa.
 Ahli psikolog Edward Sparanger membagi tipe-tipe manusia berdasarkan sifat yang dimilikinya, antara lain
·         Manusia ekonomi: memiliki sifat rajin bekerja, hemat, dan lain-lain 
·         Manusia teori: suka berfikir, meneliti dan sebagainya 
·         Manusia politik: suka menguasai dan memerintah
·         Manusia seni: suka keindahan dan punya perasaan halus
·         Manusia agama: suka mengabdi dan taat melaksanakan ibadah
c)      Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan itu meliputi berbagai jenis kemampuan psikis, antara lain: abstrak, berfikir mekanis,matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya. Tingkat intelegensi seseorang dapat di diketahui dengan beberapa cara, antara lain;
*      Tes Binet-Simon
*      Tes Wechler
*      Tes Army Alpha dan Bheta
*      Tes Proggresive matrics

d)      Bakat
   Bakat adalalah kemampuan khusus yang menonjol diberbagai jenis potensi yang dimilikinya.Pada umumnya bakat anak dapat diketahui orang tua dari tingkah laku atau kegiatannya sejak dari kecil. Untuk mengetahui bakat seseorang secara pasti dapat dilakukan tes bakat, diantaranya :
*      Tes bakat DAT (Differential Aptitude Test). Dari tes ini akan diketahui:
©       kemampuan verbal (bahasa)
©       kemampuan berhitung
©       kemampuan mekanis
©       kecepatan dan ketelitian dan sebagainya.

*      Tes bakat GATB (General Apility Test Bateray)
©       kemampuan verbal
©       penguasaan bilangan
©       pengamatan bentuk
©       penguasaan tulisan dan,
©       koordinasi gerak

e)      Penyakit atau cacat
Ada beberapa jenis penyakit yang diturunkan oleh orang tuanya, seperti: ayan, kebutaan, saraf,dan luka tak mau kering. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak.

2.      KETURUNAN/HEREDITAS
Hereditas dapat diartikan sebagai pewarisan atau pemindahan karakteristik biologis individu dari pihak kedua orang tua ke anak atau karakteristik biologis individu yang dibawa sejak lahir yang tidak diturunkan dari pihak kedua orang tua. Kita dapat mengatakan bahwa sifat-sifat atau ciri-ciri pada seorang anak adalah keturunan, jika sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain.
Sifat-sifat keturunan adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang diwariskan atau diturunkan melalui sel-sel kelamin dari generasi yang lain. Jadi ada dua syarat:

1) persamaan sifat atau ciri-ciri.         
2) ciri-ciri ini harus menurun melalui sel-sel kelamin.

        Sesuatu sifat atau ciri-ciri yang terdapat pada seseorang yang merupakan keturunan itu belum pasti diterima dari orang tuanya. Tidak semua individu-individu dari suatu generasi menunjukkan sifat-sifat keturunan, dapat juga sifat-sifat ini bersembunyi selama beberapa generasi. Besarnya perbedaan antara dua individu atau lebih selalu tergantung kepada dua faktor: pembawaan keturunan dan pengaruh lingkungan.

3.      LINGKUNGAN
Lingkungan ialah faktor yang datang dari luar diri individu, merupakan pengalaman-pengalaman, alam sekitar, pendidikan dan sebagainya. Pengaruh pendidikan dan pengaruh lingkungan sekitar itu sebenarnya terdapat perbedaan. Pada umumnya pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu. Bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu bersangkutan.
Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh. Dan secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dari konsensi, kelahiran hingga kematiannya.
a.      Keluarga
Keluarga merupakan pendidikan tertua yang bersifat informal yang pertama dan utama dialami oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati. Orang bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi dan mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi:
-          Sebagai pengalaman pertama masa anak anak
-          Menjamin kehidupan emosial anak
-          Menanamkan dasar moral
-          Memberikan dasar pendidikan social.
-          Meletakkan dasar-dasar agama bagi anak.
b.      Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan.Oleh karena itu anak dikirim ke sekolah.Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga pendidikan diantaranya sebagai berikut:
   -          Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
   -          Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang sukar dan tidak dapat diberikan di rumah.
   -          Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis,berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
      -          Disekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah dan sebagainya.
c.      Masyarakat
Dalam konteks pendidikan masyarakat merupakan lingkungan-lingkungan keluarga dan sekolah.Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada diluar dari lingkungan.Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tampaknya lebih luas.
d.      Keadaan alam sekitar
Keadaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Sebagai contoh anak-anak di desa lebih suka terhadap keadaan yang tenang, sedangkan anak-anak kota lebih senang dengan keramaian.
Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan disekitar anak tinggal itu mempengaruhi perkembangan anak atau individu.

Macam-Macam Lingkungan
Menurut Sartain lingkungan itu dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1)    Lingkungan alam/ luar (external or psyical environment)
2)    Lingkungan dalam (internal environment)
3)    Lingkungan social/masyarakat ( social evironment)
Yang dimaksud dengan lingkungan luar adalah segala sesuatu yang ada di dunia ini selain manusia. Dan yang dimaksud dengan lingkungan dalam adalah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar. Dan semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi  kita disebut sebagai lingkungan social.
Jadi  dalam hal kepribadian kita adalah hasil dari interaksi antara gen-gen dan lingkungan kita, karena interaksi ini maka tiap-tiap orang memiliki kepribadian yang berbeda-beda satu sama lain.